Sabtu, 13 Februari 2021

A Tale Of Cerpen


 

Dulu sewaktu SMP saya memiliki kegemaran menulis cerpen, ketika berhadapan dengan kertas dan pena fokus saya meningkat dan tenggelam dalam kegiatan menulis cerpen tersebut, pada waktu itu saya tergabung dalam ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja atau disingkat KIR, seingat saya dalam seminggu setiap anggota harus menyetorkan karyanya baik berupa cerpen maupun gambar untuk ditempelkan di mading sekolah, saya juga bertanggung jawab mengenai mading tersebut, teman teman mengumpulkan karyanya ke saya lalu saya tempelkan ke mading, cerpen yang saya buat hanya cerita cerita remeh tetapi saya tidak penah kehabisan ide untuk menulis, hanya satu kendala saya dalam menulis yaitu tulisan saya yang jelek, tidak tahu kenapa, mau seberusaha apa saya membuat tulisan menjadi bagus tetap saja tidak bisa membuatnya menjadi bagus, bahkan bakat ini berlanjut sampai sekarang.

Di waktu SMP juga saya pernah mengikuti lomba menulis cerpen yang diadakan di SMAN 2 Pangkajene yang sekarang berubah nama menjadi SMAN 11 Pangkep dan yang nantinya juga saya melanjutkan pendidikan di sana, seingat saya lagi hanya saya laki laki dalam lomba itu tapi gak tau juga sih kalau ada laki laki lain soalnya saya datang terlambat jadi pas sampai di lokasi, saya langsung ngebut untuk mengejar ketinggalan, latihan yang saya siapkan untuk lomba tersebut tidak tanggung tanggung, saya sangat sering bolak balik menghadap ke guru Bahasa Indonesia untuk mengoreksi cerpen yang saya buat dan ketika cerpen itu jadi yang saya lakukan adalah menulis ulang berkali kali selama kurang lebih seminggu hal itu saya lakukan agar tulisan saya menjadi lebih baik tetapi hasilnya tetap aja jelek wkwkwkwkw, dan saya tidak menang dalam lomba tersebut.

Di akhir kelas 1 saya di ikutkan lomba keker di bidang majalah dinding, kami berkelompok membuat mading dengan tema “Kota Impian”, kami melakukan persiapan selama beberapa minggu dan tentu saja saya membuat cerpen untuk dipajang di mading, saya membuat cerpen berjudul Menara Di Kota Impian, hanya cerpen tersebut yang dapat terselamatkan sampai sekarang sehingga saya masih dapat melihatnya dan mungkin akan saya post di postingan berikutnya, seingat saya perlombaan tersebut 3 hari, setiap ada orang yang mampir di mading kami maka kami akan menjelaskan konsep kota impian yang kami buat dan kami menang dengan kategori kreatif dikarenakan bahan yang kami buat untuk membuat mading menggunakan bahan bekas

Saat kelas 3 ada semacam program membuat buletin, nah... buletin tersebut terdapat segmen pemberitaan saat upacara yang isinya kondisi upacara pada hari itu serta kesimpulan amanat Pembina upacara, 2 orang ditugaskan setiap senin, satu sebagai fotografer dan satu lagi sebagai jurnalis, dan saya menjadi jurnalisnya, dengan percaya dirinya saya berdiri diluar barisan upacara menulis apa yang seharusnya saya tulis, pada saat itu saya merasa seperti jurnalis yang ada di tv-tv.

Sayangnya sewaktu SMA kegiatan menulis saya berkurang drastis saya hanya membuat 2 karya itupun karena tugas autobiografi dan novel yang katanya menurut kabar yang beredar menjadi syarat kelulusan, alasan saya kurang aktif dan mengembangkan minat menulis saya dikarenakan saya disibukkan dengan hal lain juga klub mading tidak begitu aktif bahkan  setelah saya naik kelas 2 klub tersebut tidak dilanjutkan.

Sekarang untuk membuat satu cerita saja rasanya begitu sulit dan hanya bisa mengenang masa dimana saya dapat dengan cepat berhayal dan menuliskan imajinasi ke dalam kertas.