Minggu, 04 Februari 2024

Antara Aku dan Menulis


Jika aku mengingat kembali, Awan, ketika masih di SMP, tumbuh sebagai seorang anak sekolah yang sangat gemar menulis. Bergabung dengan KIR (Karya Ilmiah Remaja), kegiatan ini membuatku rajin menulis setiap minggunya. Aku mencoba berbagai genre, seperti cerpen, puisi, bahkan beberapa cerita lucu yang aku temukan di koran. Tanpa disadari, aku ternyata sangat menyukai dunia menulis. Hanya dengan pena dan kertas, Awan sebagai penulis cilik mulai menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan untuk dipajang di mading.

Ketika berada di kelas 3 SMP, KIR semakin berkembang di bawah bimbingan Ust. Faizal. Aku tidak hanya menulis cerpen, puisi, atau cerita lucu saja, melainkan juga menjadi seorang reporter di hari Senin. Aku memakai topi bertuliskan "Jurnalis Muda" dan berdiri di luar barisan untuk membuat berita yang akan dipublikasikan dalam majalah.

Namun, ketika memasuki SMA, entah mengapa, keinginan untuk menulis seakan-akan memudar. Meskipun sempat terpicu oleh tugas membuat autobiografi dan novel, namun semangatku tidak sekuat dulu. Seringkali aku menyalahkan lingkungan sekitar, terutama ketika klub mading tidak aktif dan bahkan hilang saat aku naik ke kelas 2.

Hingga akhirnya, ketika masuk ke perkuliahan dan masa pandemi Covid-19, aku melihat teman yang mengunggah tulisannya di Medium. Rasa ingin menulis pun kembali menyala. Melihat tulisannya yang sangat bagus, aku langsung teringat masa SMP seperti yang sudah kuceritakan di atas.

Sejak saat itu, aku mulai menekuni kembali dunia menulis. Saat ini, aku bahkan telah memulai karir sebagai seorang content writer, sesuatu yang 10 tahun lalu tidak pernah terpikirkan olehku.

Bagiku, menulis adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan, menjadi satu-satunya cara untuk menyampaikan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Menulis menjadu cara terbaik ketika mulut tidak mampu menjelaskan semua yang ada di hati. Itulah yang aku rasakan, dan salah satunya terwujud dalam tulisan ini.

Pada akhirnya, setiap orang menulis dengan alasan yang berbeda-beda. Ada yang menulis sebagai bentuk pelampiasan perasaan, untuk menemukan ide-ide baru, atau sebagai cara untuk menyembunyikan luka. Ada pula yang menulis sebagai pelarian atau untuk mengisi waktu. Apapun alasan seseorang, menulis memiliki arti yang mendalam bagi mereka yang merangkai kata-kata.

Tidak ada tulisan yang bisa disebut sebagai yang terbaik atau yang terburuk. Saat kita menulis dari hati dan pengalaman kita sendiri, itu yang membuat tulisan menjadi tulus dan bermakna. Jadi, apakah sudah saatnya kamu menulis?