Sebagai seorang perantau dari Sulawesi yang datang ke Jakarta,
kendala yang paling besar saya hadapi adalah bahasa, bukan karena saya tidak
pandai berbahasa Indonesia, tapi terdapat dilema yang besar dalam penggunaan
kata aku kamu atau lo gua. Tentu bagi kalian dapat melihat masalah ini adalah
hal yang sepele dan tidak seharusnya menjadi sebuah dilema. Mungkin juga kalian
dapat dengan mudahnya menentukan mau menggunakan apa, tetapi itu tidak berlaku
untukku. Awal kedatanganku ke Jakarta pada tahun 2019 dimana aku masuk di salah
satu perguruan tinggi swasta disana. Pada awalnya tidak ada masalah dalam penggunaan
kata antara lo gua atau aku, kamu karena untuk semester awal kami harus menetap
di asrama selama setahun. Background kampusku merupakan background islami jadi
rata rata menggunakan ana antum atau ane ente, dan saya memilih untuk menggunakan
ana antum. Hari sabtu dan minggu merupakan hari libur dan kami diperbolehkan untuk
meninggalkan asrama, di sinilah dilema itu datang.
Vibes di dalam asrama dan di luar tentunya sangat berbeda, timbul perasaan anah
saat aku menggunakan ana antum ketika berada di luar asrama, keliatan alim dan
agamis, dan aku kurang suka dilabeli seperti itu. Maka dari perasaan itu saya
bertekad untuk mengganti kata ana antum, terdapat dua opsi pilihan, pertama adalah
aku kamu, pilihan kedua dalah lo gua. Sebenarnya saya lebih prefer ke aku kamu
tetapi dalam penerapannya, ada beberapa orang yang mengganggap penggunaan kata
aku kamu adalah penggunaan kata kepada orang yang spesial, seperti lelaki
kepada pujangganya, jadi ada beberapa orang yang gak terima saat sesama jenis
memakai kata aku kami, bahkan bisa keluar kalimat “Maho lu ya”, entah siapa yang menciptakan tradisi tersebut,
padalah lo gua bukanlah bahasa Indonesia asli tetapi merupakan khazanah salah
satu dialek Suku Bangsa China. Ketika menggunakan kata aku kamu ke lawan jenis
maka ada beberapa orang yang menafsirkan bahwa orang yang menggunakan aku kamu
ada maksud tertentu terhadap lawan bicaranya.
Setelah lama memikirkan , akhirnya datang bisikan
jawaban yang entah dari mana datangnya bisikan tersebut, mungkin dari leluhur
yang menjaga, mungkin penjaga tempat diaman saya sedang berfikir atau mungkin
bisiskan cinta darimu *Chuakkss. Akhirnya aku menemukan solusi “Bagaimana kalau
ngomongnya sesuai orangnya aja”, kalau orang yang kenal dan saya mengetahuinya
dia kurang menyukai penggunaan aku kamu maka saya akan menggunakan lu gua,
begitupun sebaliknya. Dan entah mengapa saat saya menulis ini jika kalian menyadari terdapat ketidak
konsistenan dalam penggunaan saya dan aku, entah mengapa.
Apa perbedaan gua dan aku ?
Kalau gua untuk orang, kalau aku untuk kamu *wiu wiu
wiu